BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Temperatur suatu benda atau lingkungan dapat
diukur dengan thermometer. Namun ketika thermometer mempunyai keterbatasan
pembacaan. Thermometer hanya mampu mengukur hingga suhu 100°C. Dalam
perindustrian, pengukuran suhu untuk peleburan timah atau apapun memerlukan
alat untuk mengukur suhu dan thermometer tidak dapat digunakan karena hanya
mempunyai rentang 0°C – 100°C. Suhu merupakan salah satu parameter yang penting
untuk diukur dalam rangka menentukan kehilangan atau membuat keseimbangan
energi panas. Oleh karena itu mereka menggunakan termokopel untuk mengukur suhu
karena memiliki ketepatan yang tinggi.
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam)
yang diberi perbedaan panas secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik.
Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Konduktor tambahan ini kemudian
akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara
berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang berbeda
untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah
sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap
derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa
kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya,
ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil.
Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara
2 titik, bukan temperatur absolut.
Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya akan dipaparkanan beberapa hal yang berhubungan dengan Termokopel.
Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya akan dipaparkanan beberapa hal yang berhubungan dengan Termokopel.
B.
Rumusan Makalah
1.
Apa pengertian dari alat ukur termokopel?
2.
Bagaimana prinsip kerja alat
ukur termokopel?
3.
Apa saja jenis-jenis alat ukur termokopel?
4.
Apa kegunaan alat ukur termokopel
pada microwave?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk mengenal salah satu ukur
fisika yaitu termokopel.
2.
Untuk mengetahui prinsip kerja
alat ukur termokopel
7.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis
alat ukur termokopel
Untuk mengetahui kegunaan alat
ukur termokopel pada microwave
D. Manfaat Makalah
Manfaat dari
makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan serta wawasan
tenteng alat ukur termokopel, baik prnsip kerjanya maupun jenis-jenisnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Termokopel
Termokopel (termocouple) adalah jenis sensor suhu
yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam
konduktor berbeda yang digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”.
Efek Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang
fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821,
dimana sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan
menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua
persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.
Termokopel
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan
dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang
berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu
dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C
hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel
juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
B.
Prinsip
Kerja Termokopel
Prinsip kerja
Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri
dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Untuk lebih
jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar berikut ini :
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan
atau Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan
listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan
tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas
atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan
Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat
Celcius. Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi
yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti
oleh kita.
C. Jenis-jenis Termokopel (thermocouple)
Tersedia beberapa
jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya, yaitu :
1. Termokopel Tipe B (Pt・30%Rh/Pt・6%Rh)
Termokopel Tipe B dapat digunakan
secara terus menerus dalam proses oksidasi dan atmosfer netral hingga 1600 ℃
dan dalam penggunaan waktu singkat bisa sampai 1700 ℃. Tipe
B dianjurkan terutama untuk aplikasi yang memerlukan presisi pengukuran
dan durabilitas pada suhu yang tinggi. . Range temperature: 600℃ sampai 1700℃
2. Termokopel Tipe R (Pt・13%Rh/Pt)
Tipe R memiliki sifat mekanik superior
dan direkomendasikan untuk penggunaan terus menerus dalam proses oksidasi dan
atmosfer lembam sekitar suhu hingga 1400 ℃ dan
penggunaan waktu singkat bisa sampai 1600 ℃. Namun
tidak boleh digunakan dalam ruang hampa, Di antara termokopel (jenis logam
mulia) Tipe R yang paling banyak digunakan. . Range temperature: 0℃ sampai 1600℃
3. Termokopel Tipe S (Pt・10%Rh/Pt)
Termokopel Tipe S adalah sejarah pertama termokopel
yang dikembangkan oleh Le Chatelier tahun 1886. Ini telah banyak digunakan
sebagai thermometer standar sebagai interpolasi untuk menentukan Suhu skala
antara fixed (pembekuan) poin mulai dari 630,74 ℃ dari
Antimony ke 1064.43 ℃ dari Emas didefinisikan oleh International Practical Temperature
Scale (IPTS). aplikasi mirip dengan Tipe R, tetapi memiliki sedikit kekuatan
mekanik. Range temperature: 0℃ sampai 1600℃
4. Termokopel Tipe N
(Nicrosil/Nisil)
Tipe N ini merupakan kombinasi termokopel
baru 84Ni-14.2Cr-1.4Si vs 95.5Ni.-4.4Si-0,1 mg pertama kali dikembangkan oleh
Bahan Penelitian Laboratorium Australia Departemen Pertahanan. Penelitian lebih
lanjut dan evaluasi telah secara ekstensif dilakukan oleh NIST (Eks NBS), ASTM
dan penelitian organisasi untuk standarisasi. Tipe N memiliki sifat
superior dalam stabilitas jangka panjang dan oksidasi resistensi di atas tipe K
bila digunakan pada suhu tinggi berkisar 600-1250 ℃. . Range
temperature: -200℃ sampai 1250℃
5. Termokopel Tipe K (Ni・Cr/Ni・Al)
Tipe K awalnya dikembangkan oleh Mr A. L.
Marsh of Hoskins Co, AS pada tahun 1906 dan, sejak saat itu mengalami banyak
perbaikan. memiliki karakteristik yang handal dan paling banyak digunakan
sebagai termokopel industri karena memiliki karakteristik yang serbaguna. Dapat
digunakan dalam oksidasi atau lembam atmosfer pada suhu sampai dengan 1200 ℃.
Tipe K dapat digunakan dalam hidrogen atau amonia pada atmosfer jika poin suhu
berada di bawah 42 ℃. Namun, tidak boleh digunakan dalam oksidasi sulfur korosif
(atmosfer) kecuali benar-benar dilindungi dengan menggunakan Thermowell
anti korosi. . Range temperature: -200℃ sampai 1250℃
6. Termokopel Tipe J
(Iron/Constantan)
Tipe J direkomendasikan untuk digunakan
dalam oksidasi atau atmosfer vakum sampai dengan 750 ℃.
tipe J dengan mudah diterima untuk digunakan dalam berbagai aplikasi.
Namun, tidak boleh digunakan dalam atmosfer sulfur di atas 538 ℃
karena pembentukan sulfida yang mengarah ke konduktor. besi Elemen sering
berkarat di lingkungan lembab karena itu tipe J kurang diinginkan
daripada tipe T untuk pengukuran suhu rendah. . Range temperature: 0℃ sampai 750℃
7. Termokopel Tipe T
(Copper/Constantan)
Tipe T memiliki ketahanan yang baik untuk
korosi di atmosfer lembab dan cocok untuk pengukuran temperatur rendah dibawah
0 (nol) . Hal ini dapat digunakan dalam ruang hampa dan dalam proses oksidasi
hingga 400 ℃.
tipe T banyak digunakan di laboratorium. Tipe T adalah termokopel pertama yang toleransi penggunaan dalam suhu sub-nol. . Range temperature: -200℃ sampai 350℃
tipe T banyak digunakan di laboratorium. Tipe T adalah termokopel pertama yang toleransi penggunaan dalam suhu sub-nol. . Range temperature: -200℃ sampai 350℃
8. Termokopel Tipe E (Ni・Cr /Constantan)
Tipe E memiliki karakteristik resolusi
terbaik terhadap perubahan temperatur. karena diadopsi oleh ANSI pada tahun
1964 dan JIS di 1974, tipe E telah memenuhi peningkatan pesat dan telah banyak
digunakan bahkan dalam skala besar termal dan stasiun tenaga nuklir. Hal ini
dapat digunakan hingga 750 ℃ terus menerus. Tipe E memiliki resistivitas tertinggi
diantara logam dasar termokopel. Range temperature: -200℃ sampai 900℃
9. RTD (Resistance Temperature Detector)
RTD merupakan salah satu jenis alat pengukur
suhu / temperatur yang menggunakan resistensi yang tinggi sehingga menjamin
keakurasian yang tinggi dan memiliki respon yang cepat terhadap perubahan suhu
/ temperatur didalam ruangan atau diluar ruangan. Range Temperature :
-200 sampai dengan 600 ℃.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Termokopel
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan
dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang
berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang
membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu
dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C
hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel
juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan. Beberapa jenis
termokopel yaitu termokopel tipe B, R, S, N, K, J, T, E dan RTD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar